MODUL 2 - LAPORAN AKHIR 2
LAPORAN AKHIR 2
MODUL 2 PERCOBAAN 3
2. Prinsip Kerja Rangkaian[Kembali]
Rangkaian pada percobaan 3 ini dikendalikan mikrokontroler STM32F103C8 dan dirancang merespons kondisi cahaya lingkungan yang dideteksi sensor LDR. Sensor LDR, dikonfigurasi resistor variabel 10kΩ sebagai pembagi tegangan, menghasilkan tegangan output proporsional intensitas cahaya. Tegangan ini kemudian diukur STM32 melalui pin PA0 yang dikonfigurasi input ADC. Program di dalam STM32 secara kontinu membaca nilai ADC, di mana nilai lebih tinggi mengindikasikan kondisi lingkungan lebih gelap, dan nilai lebih rendah menandakan kondisi lebih terang.
Program memulai operasi inisialisasi pin-pin terhubung LDR (melalui pembacaan potensiometer merepresentasikan nilai ADC dari LDR), buzzer (terhubung pin PC8), tombol (terhubung pin PB0), dan motor DC (dikendalikan melalui pin PA8 dan transistor BD139). Setelah inisialisasi, program memasuki loop utama di mana nilai ADC (direpresentasikan sebagai 'Threshold' dalam program, meskipun dalam deskripsi menggunakan ambang batas 2000 dari skala 4095) dibaca dan dievaluasi.
Serangkaian kondisi dievaluasi berdasarkan nilai 'Threshold'. Jika nilai 'Threshold' rendah (mungkin merepresentasikan kondisi cahaya terang), motor DC berputar lambat (PWM 20%) dan buzzer mati. Jika 'Threshold' berada tingkat menengah, kecepatan motor meningkat (PWM 60%) dan buzzer tetap mati. Ketika 'Threshold' mencapai tingkat tinggi (mungkin merepresentasikan kondisi gelap, di mana nilai ADC melebihi ambang batas 2000 seperti dijelaskan), program memiliki percabangan melibatkan status tombol terhubung pin PB0. Jika tombol aktif (ditekan, menghasilkan logika LOW seperti disebutkan), motor berputar kecepatan penuh (PWM 100%) dan buzzer hidup (mengatur pin PC8 ke HIGH). Jika tombol tidak aktif dalam kondisi 'Threshold' tinggi, motor tetap berputar lambat (PWM 100%) dan buzzer mati. Kondisi terakhir dalam program menunjukkan jika 'Threshold' sangat tinggi, motor tetap lambat (PWM 100%) dan buzzer mati.
Sinyal PWM dihasilkan pin PA8 STM32 digunakan mengontrol kecepatan motor DC melalui transistor BD139 bertindak sebagai saklar elektronik. Ketika pin PA8 memberikan sinyal PWM, transistor aktif dan mengatur aliran arus dari sumber 5V ke motor, menyebabkannya berputar kecepatan sesuai duty cycle PWM. Dioda D1 terhubung paralel motor berfungsi sebagai pelindung terhadap lonjakan tegangan balik mungkin terjadi saat motor berhenti. Tombol push button terhubung pin PB0 memberikan kemampuan intervensi manual, yang digunakan menghentikan motor atau buzzer meskipun sensor LDR mendeteksi kondisi gelap, memberikan fleksibilitas kontrol tambahan.
3. Video Simulasi[Kembali]1. Analisa bagaimana perbedaan implementasi PWM antara STM32 dan Raspberry Pi Pico serta dampaknya terhadap kontrol motor dan LED.
Jawab:
Pada STM32, PWM diimplementasikan melalui timer hardware dengan konfigurasi yang cukup kompleks namun memberikan presisi tinggi. Hal ini memungkinkan kontrol yang sangat akurat pada motor servo atau brushless yang membutuhkan resolusi tinggi.
Sedangkan pada Rapsberry Pi Pico, PWM menggunakan modul khusus yang lebih sederhana dalam konfigurasinya melalui API tinggi, cocok untuk aplikasi dasar seperti pengaturan kecerahan LED atau kecepatan motor DC sederhana. Perbedaan ini menunjukkan bahwa STM32 lebih cocok untuk aplikasi industri yang membutuhkan ketepatan, sementara Pico lebih praktis untuk proyek-proyek sederhana.
2. Analisa bagaimana cara pembacaan nilai sensor analog menggunakan ADC pada STM32 dan Raspberry Pi Pico
Jawab:
Pada STM32, untuk ADC menawarkan pembacaan analog dengan dukungan library HAL yang menyediakan berbagai fitur tambahan seperti kalibrasi otomatis dan multiple channel scanning. Ini sangat berguna untuk sistem yang membutuhkan pembacaan sensor analog dengan akurasi tinggi.
Sedangkan pada Rapsberry Pi Pico menyediakan ADC dengan antarmuka yang sangat sederhana melalui fungsi read_u16(), memudahkan prototyping cepat meskipun dengan fitur yang lebih terbatas.
3. Analisa bagaimana penggunaan interrupt eksternal dalam mendeteksi input dari sensor atau tombo pada STM32 dan Raspberry Pi Pico.
Jawab:
Implementasi interrupt pada STM32 memerlukan konfigurasi yang lebih rinci melalui register atau HAL, memberikan fleksibilitas dalam mengatur prioritas dan trigger condition.
Sementara Rapsberry Pi Pico menawarkan mekanisme interrupt yang jauh lebih sederhana dengan callback function, membuatnya lebih mudah digunakan namun dengan kontrol yang lebih terbatas. Ini menunjukkan trade-off antara fleksibilitas dan kemudahan penggunaan.
4. Analisa bagaimana cara kerja fungsi HAL_GetTick() pada STM32 dan utime.ticks_ms() pada Raspberry Pi Pico dalam menghitung waktu sejak sistem dinyalakan
Jawab:
Fungsi waktu pada STM32 (HAL_GetTick()) terintegrasi dengan sistem operasi real-time dan scheduler task, cocok untuk sistem embedded kompleks.
Pada Rapsberry Pi Pico dengan ticks_ms() memberikan solusi timing yang lebih ringan dan langsung, ideal untuk aplikasi yang tidak membutuhkan sistem operasi.
5. Analisa bagaimana perbedaan konfigurasi dan kontrol pin PWM serta pemanfaatan timer internal pada STM32 dan Raspberry Pi Pico dalam menghasilkan sinyal gelombang persegi.
Jawab:
STM32 menggunakan pendekatan berbasis register dengan fleksibilitas tinggi dalam mengkonfigurasi timer dan PWM, memungkinkan implementasi yang sangat spesifik sesuai kebutuhan aplikasi.
Sedangkan pada Rapsberry Pi Pico menyediakan abstraksi level tinggi melalui API yang menyembunyikan kompleksitas hardware, mempercepat proses development dengan trade-off kontrol yang lebih rendah.
Komentar
Posting Komentar